NTNP terus Meningkat, KKP Genjot Ekspor Udang

97
Foto: KKP

JAKARTA, NMN – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) pada Oktober 2021 terjadi kenaikan sebesar 0,32 persen.

Hal ini terjadi karena Indeks Harga yang Diterima oleh Petani (It) naik sebesar 0,40 persen, lebih tinggi dari peningkatan Indeks Harga yang Dibayar oleh Petani (Ib) sebesar 0,08 persen.

Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga berbagai komoditas perikanan tangkap (khususnya komoditas rajungan dan kepiting laut) secara rata-rata sebesar 0,18 persen; dan perikanan budidaya (khususnya komoditas ikan bandeng payau dan rumput laut) sebesar 0,76 persen.

Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok KRT (Konsumsi Rumah Tangga) sebesar 0,09 persen dan indeks kelompok BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal) sebesar 0,09 persen.

BPS juga mencatat, Nilai Tukar Nelayan (NTN) pada Oktober 2021 naik sebesar 0,09 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 0,18 persen lebih tinggi dari kenaikan sebesar 0,09 persen.

Kenaikan It disebabkan oleh naiknya It pada kelompok penangkapan di laut (khususnya komoditas rajungan dan kepiting laut) sebesar 0,24 persen. Sementara itu, It pada kelompok penangkapan di perairan umum (khususnya komoditas ikan toman dan ikan lais) mengalami penurunan sebesar 0,08 persen.

Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok KRT sebesar 0,10 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,09 persen.

Di Sub Sektor Pembudidaya Ikan, Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) pada Oktober 2021, naik sebesar 0,69 persen. Hal ini terjadi karena It meningkat sebesar 0,76 persen lebih tinggi dari peningkatan Ib sebesar 0,07 persen.

Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga beberapa jenis komoditas, khususnya ikan bandeng payau dan rumput laut. Kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh kenaikan pada indeks kelompok KRT sebesar 0,08 persen dan indeks kelompok BPPBM sebesar 0,09 persen.

Terjadinya peningkatan pada NTNP, baik di sub sektor Nelayan (NTN) maupun di sub sektor pembudidaya ikan (NTPi) membuahkan rasa optimis bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam menggenjot ekspor hasil kelautan dan perikanan. Salah satunya adalah upaya menggenjot ekpors udang.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan bahwa Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan tahun 2024 secara nasional produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton atau peningkatan nilai ekspor udang nasional sebesar 250% hingga tahun 2024.

“Saya mengharapkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan baik di pusat maupun di daerah untuk memajukan sektor kelautan dan perikanan sehingga dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dan kesejahteraan bangsa,” ungkap Menteri KKP dalam siaran persnya, Kamis (04/11).

Penyediaan Induk Udang

Dalam upaya peningkatan ekspor udang 250% hingga tahun 2024, KKP melakukan pembenahan sistem penyediaan induk udang. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng dua ahli pemuliaan genetika bidang perikanan budidaya yaitu Profesor Alimuddin dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Doktor Asep Anang dari Universitas Padjadjaran (UNPAD) untuk pembenahan sistem penyediaan induk udang vaname.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu saat kunjungan kerja ke Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem, Bali, beberapa hari lalu mengatakan bahwa KKP juga ingin menjadikan BPIU2K Karangasem sebagai ujung tombak KKP dalam menyediakan induk udang vaname yang unggul dan berkualitas di Indonesia.

“Mulai hari ini kita tunjukkan bahwa BPIU2K di Karangasem ini betul-betul bisa menjawab tantangan saat ini yang sedang kita usung yaitu dua program terobosan di perikanan budidaya,” ujar Tebe.

BPIU2K Karangasem telah memiliki fasilitas, diantaranya Nucleus Center sebagai tempat proses produksi benih udang vaname, kemudian Tambak Uji Performa untuk tempat proses uji multilokasi udang vaname, serta fasilitas Multiplication Center sebagai tempat pembesaran calon induk dan induk udang vaname.

“Di Balai Karangasem ini, ada dua pendekatan strategi yang sudah dilakukan yaitu seleksi famili dan seleksi individu. Nanti mohon tanggapan profesor karena teman-teman di balai sudah melaksanakan perekayasaan. Tolong kami diberikan saran supaya bisa konkret untuk dilaksanakan kedepannya,” kata Tebe.

Staf Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan, Victor Manoppo mengatakan bahwa BPIU2K Karangasem memiliki peluang sangat besar untuk penyediaan induk udang unggul. “Intinya bahwa balai-balai yang ada di bawah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya ini menjadi kelengkapan dari pada Menteri Trenggono untuk mengembangkan yang menjadi sasaran beliau ke depan khususnya peningkatan produksi udang nasional,” ujarnya.

Asep Anang yang juga ahli genetis di Shrimp Improvement Systems (SIS) menyampaikan fasilitas yang dimiliki BPIU2K Karangasem sudah menyalin dari SIS yang ada Hawaii dan Florida Amerika Serikat.

“Jadi saya sudah beberapa kali ke Balai Karangasem dan sudah bagus, cuma dulu perlu perbaikan water filter system nya saja. Jadi saya kira kalau dilihat dari fasilitas di kita itu betul-betul bagus. Mungkin kalau saya berpikir tinggal keseriusan saja,” tutur Asep.

Asep menyarankan untuk perbaikan performa udang di Indonesia melalui traceability. “Performa udang dilacak dari mulai induk sampai ke tambak. Performa hatchery bagaimana. Jadi kalau ada masalah kita bisa traceback (melacak kembali) ke galur murninya,” tambahnya.

Alimuddin selaku Dosen di Departemen Akuakultur IPB menyampaikan bahwa BPIU2K Karangasem mampu menjadi penyediaan induk udang vaname unggul. “Kalau kita fokus memproduksi induk harus serius, lihat lagi protokol pemuliaan yang sudah kita lakukan,” ujarnya.

Ia menekankan untuk pembagian tugas pada Unit Pelaksana Tugas (UPT) lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya yang menangani produksi udang.

“Detailnya kita harus menghitung berapa persen kebutuhan induk pada saat kita ingin memproduksi 2 juta itu. Ini dibebankan ke siapa saja, misalnya Sumatera dari Balai Ujung Batee, kemudian Balai Takalar untuk wilayah timur, lalu Balai Jepara untuk bantu Jawa dan sekitarnya. Itu dibagi-bagi mungkin akan mengurangi beban Balai Karangasem,” tambah Alimudin.

Sebagai informasi, BPIU2K Karangasem tercatat memiliki 42.578 calon induk, yaitu calon induk udang vaname sebanyak 12.578 ekor, dan calon induk vaname nusantara generasi ke-4 (VN-G4) sebanyak 30.000 ekor.

Kemudian, jumlah induk udang vaname sekitar 875 ekor induk, yang terdiri dari masing-masing untuk induk vaname (dari 4 sumber genetik) sebagai bahan pemuliaan induk galur murni tumbuh cepat sebanyak 400 ekor, induk vaname hasil impor dari Konabay sebagai sumber genetik untuk seleksi individu dan famili sebanyak 225 ekor. Serta, induk vaname nusantara (VN-G4) sebagai sumber daya genetik hasil seleksi famili sebanyak 250 ekor.

Dalam memperluas pangsa pasar dan meningkatkan ekspor, selain peningkatan produksi, hal laian yang juga penting untuk diperhatikan adalah efisiensi dan inovasi produksi (hulu-hilir), serta distribusi agar menghasilkan produk udang yang dapat bersaing. Sehingga, tidak hanya harga udang Indonesia yang lebih kompetitif, tetapi sekaligus menciptakan citra produk yang lebih baik dibandingkan dengan negara-negara kompetitor.

National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) Fisheries mencatat bahwa padan April 2021, nilai impor udang AS mencapai 514,2 juta dolar AS atau sekitar Rp7,4 triliun. Angka ini tumbuh 17% dibanding April 2020. Kemudian dari sisi volume, impor udang AS pada April 2021 sebesar 61,1 ribu ton, tumbuh sebesar 18,2% dibandingkan April 2020.

Sedangkan, udang yang berasal dari Indonesia sejak Januari-April 2021 nilainya sebesar 503,8 juta dolar Amerika Serikat sekitar Rp7,2 triliun atau 24,1%, dengan volume 58 ribu ton (23,5%).

Untuk meningkatkan pasokan udang Indonesia, perlu dilakukan peningkatan investasi dibidang budidaya tambak udang dengan mengundang investor dalam dan luar negeri. Rasa aman berusaha dibidang budidaya udang dan kepastian hukum perlu segera diciptakan oleh Pemerintah agar investor segera melalukan investasi dibidang budidaya tambak udang.

Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah pemberian insentif berupa kredit modal kerja atau kredit investasi dengan jangka waktu pengembalian yang panjang dan penggunaan teknologi semi intensif oleh petambak udang rakyat dan pengusaha kecil tambak udang agar mereka mampu meningkatkan produktivitas Industri Udang Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here