Kaltara Garap Ekspor Kepiting ke Singapura

Sejak 23 Agustus lalu, Kalimantan Utara mengekspor hasil laut ke Singapura melalui jalur udara. Pengiriman itu dilakukan tiga kali per pekan dari semula direncanakan lima kali per pekan. Ekspor ini sebagai upaya memerangi pengiriman hasil laut secara ilegal ke Tawau, Malaysia.

“Kami menyewa pesawat kargo yang pembayarannya di muka. Jadi, ketika ada barang, pesawat mau datang. Kalau stoknya sedikit, tidak sampai 8 ton, ya, tidak berai menyewa pesawat,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kalimantan Utara Amir Bakri, Minggu (25/9).

Untuk tahap awal ini, diekspor kepiting karena paling bernilai ekonomis. Dari 114 pengumpul kepiting, baru satu pengumpul yang mendukung terobosan ini. “Bisnis kepiting sudah terlalu lama dikuasai pengumpul yang bekerja sama dengan pedangan besar di Tawau,” ujar Amir.

Dia menyakini, sejumlah pengumpul kepiting di Kaltara yang sudah terlanjur nyaman menjual kepiting ke pedagang besar di Tawau terganggu dengan terobosan Pemprov Kaltara. Namun, ini dilakukan demi menyelematkan nelayan guna mendapatkan harga yang lebih baik dan menikmati keuntungan secara adil.

“Kalau nelayan menjual kepiting ke pengumpul, yang nantinya menjual lagi ke pedagang di Tawau, keuntungannya hanya Rp10.000-Rp20.000 per kg. Namun, kalau menjual kepiting ke pengumpul untuk diekspor ke Singapura, keuntungan bisa 4-5 kali lipat,” ujarnya.

Selama ini hasil laut dan perikanan di Kaltara dikirim ke Tawau, Malaysia, secara ilegal, diangkut menggunakan kapal-kapal kecil ke Tawau. Cara ini hanya menguntungkan pengumpul di Kaltara dan pedagnan di Tawau.

“Dalam sehari, setidaknya 20 ton kepiting kita yang dijual secara ilegal ke Tawau. Dari Tawau, kepiting dijual lagi ke Taiwan dan Tiongkok. Orang di sana tahu kepiting, ya, kepiting Tawau, padahal kepitingnya berasal dari Kaltara. Ini, kan, membuat jengkel,” ujarnya.

Sekretaris Kontak Tani Nelayan Andalan Kaltara Masjidil menyebut terobosan Pemprov Kaltara adalah yang dinantikan sejak dulu. Namun, para nelayan sudah lama bergantung pada pengumpul. Asal pengumpul datang dan mau membeli, tangkapan diserahkan. “Urusan harga, posisi tawar nelayan pasti selalu kalah. Belum lagi nelayan sering berutang uang ke pengumpul, entah itu untuk membeli solar, atau apa,” kata masjidil.

Amir mengatakan, meski ekspor ini tersendat, harus tetap berjalan. “Pekan depan, kami akan mengirim lagi kepiting ke Singapura,” ujarnya.

 

Sumber: Kompas

Latest Article

Langkah Transformatif Belawan Untuk Masuk Dalam Ekosistem Global

Dalam rangka meningkatkan kinerja dan kapasitas Pelabuhan Belawan agar dapat masuk kedalam ekosistem global, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mulai mempersiapkan langkah transformatif. Langkah transformatif yang...

Jelang Angleb, Menhub Siapkan Langkah Antisipasi Kepadatan Di Pelabuhan Merak

Menjelang Hari Raya Idul Fitri 2023, Kemenhub terus melakukan upaya persiapan angkutan lebaran. Dalam rangka persiapan tersebut, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menggelar rapat...

Indonesia Paparkan Sistem Inaportnet di Sidang IMO FAL Ke-47

Indonesia menghadiri Sidang 47th Facilitation Committee Meeting (FAL 47) yang digelar oleh Organisasi Maritim Dunia atau International Maritime Organization (IMO) pada tanggal 13-17 Maret...

Pemerintah Terapkan Formula HBA Baru, Emiten Mana yang Paling Diuntungkan?

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) meluncurkan formula Harga Batubara Acuan (HBA) baru. Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM No 41.K/MB/01/MEM.B/2023 tentang...

China’s Jan-Feb coal imports jump 71% in stock-building push

China's coal imports in the first two months of 2023 surged 71% from a low base a year earlier as utilities replenished stocks in...

Related Articles