KKP Gelontorkan Paket Bioflok

202
Foto: KKP

JAKARTA, NMN – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi Karamba Jaring Apung (KJA). KKP pun memberikan stimulus kegiatan perikanan budidaya berbasis daratan bagi pembudidaya terdampak pengurangan KJA, untuk beralih profesi menjadi pembudidaya bioflok.

Melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), KKP menggelontorkan stimulus paket bioflok bagi pembudidaya di tiga waduk yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yaitu Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling.

Guna menjalankan sistem bioflok di DAS Citarum, KKP melalui DJPB memberikan bantuan sebanyak 2 paket untuk 2 kelompok pembudidaya ikan yang sebelumnya mengelola KJA di Waduk Jatiluhur untuk beralih profesi sebagai pembudidaya menggunakan bioflok.

Selain di Jatiluhur, pihaknya juga memberikan bantuan kepada Pokdakan di Kabupaten Cianjur sebanyak 2 paket untuk 2 kelompok sebagai upaya alih profesi KJA Waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tubagus Haeru Rahayu menjelaskan bahwa keunggulan teknologi bioflok sangat baik dan tidak kalah produktif jika dibandingkan dengan sistem KJA.

Dia menjelaskan jika menggunakan sistem bioflok, produktivitas budidaya bisa lebih tinggi, yaitu lima hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan budidaya sistem konvensional, karena padat tebar bisa lebih tinggi.

“Misalnya, padat tebar ikan nila di kolam adalah 10 ekor/m2, dengan menggunakan budidaya sistem bioflok bisa padat tebar 100 ekor/m2. Sedangkan untuk padat tebar lele di kolam sebanyak 100-200 ekor/m2, sementara dengan menggunakan budidaya sistem bioflok bisa padat tebar 500-1.000 ekor/m2,” kata Tubagus.

Selain itu, lahan yang dibutuhkan untuk budidaya sistem bioflok tidak terlalu luas, sehingga dapat dikembangkan juga di perkotaan. Penggunaan pakan lebih efisien.

“Jika pada teknologi konvensional nilai Feed Conversion Ratio (FCR) rata-rata 1,2 – 1,5, dengan teknologi budidaya sistem bioflok diperoleh FCR dapat mencapai 0,8 – 1,0, karena kualitas air yang lebih baik, sehingga energi untuk pertumbuhan lebih banyak,” ujarnya.

Keunggulan lainnya, lanjut Tubagus, lama pemeliharaan relatif lebih singkat karena pertumbuhan ikan lebih cepat. Selain itu budidaya sistem bioflok ramah lingkungan, penggantian air yang minim hanya untuk mengganti air karena evaporasi/penguapan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here