Mitigasi Krisis Pangan, Indonesia-Libya Kerjasama Sektor Perikanan

208
Foto: KKP

JAKARTA, NMN – Pandemi dan konflik geopolitik antara Rusia dengan Ukraina memperburuk kondisi pangan dunia. Kerawanan pangan dunia saat ini dihadapi oleh 276 juta orang, naik dua kali lipat dari sebelum pandemi yang sebanyak 135 juta orang.

Peningkatan kerawanan pangan dipicu oleh naiknya sejumlah harga-harga komoditas pangan dunia. World Food Programme (WFP) mencatat, jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan akut meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2019.

Langkah-langkah nyata dinilai perlu dilakukan agar harga pangan tak terus melambung dan mendorong peningkatan kerawanan pangan dunia.

Dalam acara bertajuk “Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular dalam Bidang Perikanan Indonesia-Libya” pada Senin (18/7), Ketua Komite Bilateral Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Hasan Gaido mengatakan, seluruh perekonomian secara global mengalami penurunan.

Selain akibat pandemi covid-19, invasi Rusia ke Ukraina juga mempengaruhi perekonomian. Tidak hanya berdampak terhadap ekonomi, krisis pangan juga membayang-bayangi segelintir negara. Oleh sebab itu, Indonesia mengambil peluang ini untuk mengekspor kebutuhan pangan, termasuk perikanan salah satunya.

“Di mana ekonomi saat ini sedang slow down, sedang turun. Juga ada tentang peperangan Ukraina dengan Rusia, ini juga beberapa negara sedang kekurangan tentang makanan. Pak Dirjen (KKP), ini kesempatan kita buat jualan. Jadi, orang-orang sedang kekurangan tentang makanan maka Indonesia memiliki yang luar biasa maka kita bisa menjadi market. Atau kami juga bisa ekspor ke Libya,” kata Hasan.

Dengan membuka keran ekspor di bidang perikanan ke Libya, maka Indonesia berkesempatan luas merambah pasar ekspor ke seluruh Negara Eropa hingga ke Timur Tengah.

Libya pun ingin belajar dari Indonesia pada pengelolaan sektor perikanan. Hal itu diwujudkan dengan kunjungan 13 delegasi Kamar Dagang, Industri dan Pertanian (KADIN) Libya ke Indonesia, pada 18-23 Juli.

Pada kesempatan yang sama, Ketua KADIN Libya Farag Dribel Amer mengatakan, meski memiliki pantai luas di laut Mediterania, namun Libya termasuk negara yang memiliki produksi hasil laut terbilang minim.

“Sebagaimana diketahui Libya memiliki pantai yang luas di laut Mediterania sekitar 2000 km, tapi kami adalah negara terkecil dalam produksi (perikanan). Jadi, kami datang ke Indonesia untuk mendapatkan teknologi serta untuk mencapai kesepakatan dengan para pengusaha di sektor swasta untuk mengembangkan teknologi perikanan dan untuk berinvestasi di Libya,” ” kata Ketua KADIN Libya.

Oleh karena itu, menurutnya, kunjungan kali ini memiliki agenda utama untuk bisa memanfaatkan teknologi yang digunakan Indonesia dalam pengelolaan sektor perikanan.

“Sebab, Indonesia memiliki pengalaman besar terkait akukultur dan penangkapan ikan. Itulah mengapa kami ingin mendapatkan keuntungan dari teknologi Indonesia serta untuk mengetahui apa yang dimiliki Indonesia untuk selanjutnya kami gunakan di Libya. Potensi Libya yaitu untuk produksi tuna maupun udang, tapi kami tidak memiliki fasilitas. Kemudian, kami datang kemari sebagai Indonesia sudah dikenal di seluruh dunia atas teknologinya,” ujar Farag.

Wael Salem Shinber, Perwakilan dari Almokhtaf Aldhahabi, sebuah perusahaan perikanan Libya mengharapkan, pengusaha Indonesia akan melakukan ekspor berbagai jenis ikan maupun udang ke negaranya.

Almokhtaf Aldhahabi sendiri, dalam setahun memproduksi hasil perikanan sebesar 200 ton.

“Indonesia bisa mengirimkan ikan atau ekspor ke Libya, misalnya saja udang ataupun berbagai jenis ikan. Sebab, harga jual dari sini bagus. Iya, (ikan merupakan pasar besar di Libya),” tambah Wael.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here