Punya Potensi Ekspor, KKP Dorong Pengembangan Rumput Laut di Tual

178

JAKARTA, NMN – Kota Tual di Provinsi Maluku memiliki potensi dalam mengembangkan rumput laut. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memproyeksikan rumput laut dari hasil budidaya di Tual dan Maluku Tenggara sebagai komoditas unggulan ekspor.

“Kami beri support penuh untuk daerah-daerah potensial yang mau mengembangkan rumput laut. Seperti di Tual dan Maluku Tenggara, dan daerah potensial lainnya,” tutur Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu di Tual, Rabu (14/9).

Untuk diketahui, prospek potensi pengembangan budidaya rumput laut di Kota Tual berada di 3 kecamatan, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 1.335 orang. Nilai dari budidaya rumput laut yang diperoleh per tahun mencapai kurang lebih Rp6,65 miliar.

Sementara, budidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara berada di 10 kecamatan, dengan jumlah pembudidaya sebanyak 1.929 orang. Nilai dari budidaya rumput laut yang diperoleh per tahun mencapai kurang lebih Rp141,5 miliar.

Tebe menambahkan bahwa Indonesia mempunyai luas lahan marikultur 12,3 juta hektare, sementara potensi itu baru digarap 102 ribu hektare atau baru 0,8%. Saat ini Indonesia merupakan produsen rumput laut terbesar kedua di dunia di bawah China (FAO 2020) dan memasok bahan baku rumput laut khusus untuk jenis Euchema cottonii. Jika potensi itu yang ada bisa dimaksimalkan, tidak mustahil Indonesia bisa menjadi raja rumput laut dunia.

Ditambah lagi, menurut Tebe, rumput laut mudah diaplikasikan, dan cepat dipanen, budidaya rumput laut menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Praktik budidaya rumput laut ramah lingkungan, emisi rendah karbon, mereduksi polutan dan berpotensi sebagai renewable resources. “Rumput laut itu unik, dan ini sangat merakyat. Tapi jika dikembangkan maksimal bisa menjadi sumber ekonomi besar,” ujar Tebe.

Untuk itu, KKP melakukan terobosan-terobosan untuk terus mengembangkan rumput laut salah satunya, penyediaan bibit rumput laut berkualitas hasil teknologi kultur jaringan atau metode reproduksi vegetatif yang mengembangbiakan potongan jaringan pada media hingga membentuk individu baru. Dimana, dengan pengaplikasian teknologi ini dinilai dapat memperbaiki mutu bibit rumput laut.

Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Sarwono, menambahkan, keunggulan bibit rumput laut hasil kultur jaringan antara lain pada kondisi cuaca yang kurang baik, bibit rumput laut kultur jaringan lebih toleran dan pengembangbiakan rumput laut dengan kultur jaringan dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih banyak dan cepat pada saat musim tanam.

Selain itu, menurut Sarwono lagi, pada kondisi cuaca dan curah hujan mendukung penggunaan bibit kultur jaringan lebih cepat tumbuh dan lebih menguntungkan dari segi pendapatan. “Dengan bibit rumput laut kultur jaringan hasilnya bisa lebih maksimal, dan meningkat pada saat musim tanam Sehingga pembudidaya bisa lebih untung,” papar Sarwono.

Adapun dukungan BPBL Ambon untuk kelompok pembudidaya rumput laut di Kota Tual dari tahun 2020 hingga 2022 berupa 5 ton bibit rumput laut hasil kultur jaringan, 11 paket kebun bibit rumput laut dan 25 individu bibit planlet kepada UPTD Balai Budidaya Laut Tual. Sementara dukungan untuk kelompok pembudidaya rumput laut di Kabupaten Maluku Tenggara dari tahun 2020 hingga 2022 berupa 5 ton bibit rumput laut dan 7 paket kebun bibit rumput laut.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here