Penelitian baru menunjukkan China sedang membangun pembangkit listrik batu bara baru enam kali lebih banyak daripada keseluruhan tambang batu bara di dunia jika digabungkan.
Tahun lalu, studi menemukan China menyetujui pembangunan 106 gigawatt kapasitas listrik berbahan bakar batu bara, setara dengan dua pembangkit listrik batu bara besar per minggu dan tertinggi dalam tujuh tahun.
Laporan ini disusun oleh organisasi data energi Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) dan Monitor Energi Global (GEM).
Sepanjang tahun, kapasitas tenaga batu bara 50GW mulai dibangun di seluruh China, naik lebih dari setengahnya dibandingkan tahun sebelumnya.
Banyak izin proyek ini yang dipercepat dan dimasukkan ke tahap pembangunan dalam hitungan bulan.
“Kecepatan kemajuan proyek melalui perizinan untuk konstruksi pada tahun 2022 sangat luar biasa, dengan banyak proyek bermunculan, mendapatkan izin, mendapatkan pembiayaan, dan melakukan terobosan dalam hitungan bulan,” kata Flora Champenois, analis GEM .
Jumlah kapasitas baru yang terhubung ke jaringan listrik telah melambat dalam beberapa tahun terakhir, setelah penurunan persetujuan baru selama periode 2017-2020.
Tetapi diperkirakan akan pulih selama beberapa tahun ke depan, didorong oleh kekhawatiran tentang kekurangan daya.
Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara
Banyak dari proyek yang baru disetujui diidentifikasi sebagi “pendukung” kapasitas listrik dasar yang dirancang untuk memastikan stabilitas jaringan listrik dan meminimalkan risiko pemadaman listrik, kata laporan CREA-GEM.
Namun, banyak pembangunan yang berlangsung di daerah yang jelas-jelas sudah memiliki kelebihan kapasitas, dan masalah pasokan listrik akan lebih baik diatasi dengan meningkatkan keandalan dan efisiensi jaringan, kata penulis.
China mengalami gelombang pemadaman listrik pada September 2021 sebagai akibat kekurangan pasokan batu bara, hingga ribuan rumah dan pabrik mengalami padam listrik.
Bulan lalu, Australia mengirim 72.000 ton batu bara ke China, pengiriman yang pertama sejak sanksi terhadap ekspor Australia diberlakukan.
Kekeringan panjang tahun lalu juga menyebabkan penurunan dramatis dalam pembangkit listrik tenaga air China dan penjatahan listrik.
China telah berusaha meremajakan ekonominya setelah pertumbuhan dan lapangan kerja, yang terpukul parah akibat kebijakan ketat “nol-Covid” tahun lalu.
Ini meningkatkan kekhawatiran jika upaya untuk menurunkan karbonnya akan dikesampingkan.
Namun, penambahan kapasitas daya terbarukan tetap memegang rekor, dengan instalasi tenaga surya sebesar 87GW pada tahun 2022 dan kapasitas tersebut diperkirakan akan meningkat lebih lanjut pada tahun 2023.
China bertujuan untuk membawa emisi karbon dioksida yang menghangatkan iklim ke puncaknya pada tahun 2030, tetapi masih belum jelas apa yang akan dicapai.
(sumber: www.kompas.com)