JAKARTA, NMN – Badan Meteorologi. Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merencanakan pemasangan 510 Intensitymeter Earthquake Early Warning System (EEWS) untuk memitigasi dampak bencana gempa dan tsunami.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa, BMKG dengan berbagai kajian riset dan monitoring, pada periode 2022-2024 direncanakan akan memasangan 510 Intensitymeter EEWS dan 40 Accelerograph di seluruh Indonesia.
“Hal tesebut bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi dan tsunami,” ujar Dwikorita dalam acara Launching Buku Shakemap dan Sosialisasi Pemasangan Intensitymeter Accelerograph Tahun 2022 – 2024.
Ia juga berharap dengan pemasangan alat ini dapat mendeteksi gelombang primer dan gelombang gempa, karena pada dasarnya BMKG terus berupaya mengembangan berbagai macam teknologi guna meminimalisir dampak risiko bencana di Indonesia.
Menutup rangkaian peringatan Hari Meterologi Dunia ke-72. Kedeputiian Bidang Geofisika BMKG melalui Pusat Sesimologi Teknik Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG meluncurkan Peta Skenario Model Tingkat Guncangan (Shakemap) Gempabumi Indonesia serta Sosilasiasi Pemasangan 510 Intensitymeter EEWS dan 40 Accelorograph di seluruh Indonesia Tahun 2022-2024 yang berlangsung secara virtual.
Kegiatan yang dibuka langsung oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, dihadiri oleh perwakilan dari Balai Besar MKG Wilayah I-V, UPT BMKG, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) diseluruh wilayah Indonesia dan stakeholder lainnya.
Dalam laporannya, Supriyanto Rohadi selaku Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan Geofisika menjelaskan bahwa dalam rangka meningkatkan kesadaran publik serta kesiapsiagaan sektoral dan terkait isu-isu iklim cuaca dan geofisika BMKG mengarahkan kegiatan launching serta pemasangan 510 Intensitymeter EEWS dan 40 Accelerograph dari 2022 hingga 2024.
“Cakupan kegiatan meliputi launching buku, dalam rangka diseminasi informasi tentang gambaran potensi tingkat kerusakan sebagai bagian langkah tanggap darurat dan manajemen bencana gempa bumi,” kata Supriyanto.