JAKARTA, NMN – Tantangan dunia tidak hanya berhenti dari pandemi Covid-19. Saat ini dunia menghadapi tantangan yang disebut the perfect storm atau 5C, yakni covid-19, conflict, climate change, commodity price, serta cost of living.
Konflik antara Rusia dan Ukraina hingga saat ini masih terjadi dan belum bisa dipresdiksikan kapan akan berakhir. Eskalasi ketegangan di antara kedua negara ini diprediksi berimbas pada ekonomi global ketika dunia mulai bangkit di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda.
Meskipun Ukraina bukan termasuk negara dengan size dan intensitas perdagangan yang besar, keterlibatan negara lain, terutama NATO, dapat memberikan efek domino yang berarti pada ekonomi dunia.
Invasi Rusia ke Ukraina masih berlangsung dan tentu akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi global yang ujungnya akan memengaruhi dan memperlambat pemulihan ekonomi, terutama emerging market seperti Indonesia. Jika konflik terus berlanjut dan negara-negara lain bereaksi dengan memblokade aliran komoditas Rusia seperti minyak bumi, nikel, aluminium, paladium, dan gandum, ini akan berdampak kuat pada peningkatan harga komoditas dunia ke level yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Ancaman krisis pangan sebagai imbas dari konflik Rusia dan Ukraina juga menjadi perhatian pemerintah. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi indeks harga konsumen (IHK) Juli 2022 tercatat sebesar 4,94% (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35% (yoy).
Inflasi kelompok pangan bergejolak (volatile foods) tercatat sangat tinggi mencapai 11,47% (yoy), terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga pangan global dan terganggunya pasokan. Inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) juga meningkat menjadi 6,51% (yoy) sejalan dengan kenaikan angkutan udara dan harga BBM nonsubsidi. Sementara itu, inflasi inti masih relatif rendah sebesar 2,86% (yoy)..
Di tengah tantangan ketidakpastian ekonomi global yang kian meningkat akibat perubahan geopolitik saat ini, Indonesia tetap harus menjaga optimisme dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi di atas 5%. Karena itu, pemerintah perlu terus memastikan stabilitas harga kebutuhan pokok masyarakat dapat terjaga dengan baik hingga akhir tahun.
Salah satu upaya pemerintah dalam meredam inflasi di dalam negeri adalah dengan menyelenggarakan Tol Laut. Upaya pemerintah yang satu ini diharapkan dapat memberikan kestabilan harga ditengah ancaman inflasi global yang lambut laun akan berimbas ke perekonomian Indonesia.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyebutkan keberadaan tol laut memberikan dampak positif berupa penurunan harga yang signifikan sepanjang Januari-Mei 2022 di sembilan daerah wilayah Indonesia barat dan timur.
Sebanyak sembilan daerah itu adalah di Kabupaten Natuna, Kabupaten Kepulauan Anambas, Kabupaten Rote Ndao, Kabupaten Tidore Kepulauan, Kabupaten Buru, Kabupaten Buru Selatan, Kabupaten Halmahera Timur, Kabupaten Supiori, dan Kabupaten Fakfak.
“Manfaat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik tol laut telah dirasakan oleh masyarakat terutama dalam menekan disparitas harga yang selama ini terjadi di beberapa daerah,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan Arif Toha, baru-baru ini.
Data kemenhub mencatat, daerah yang mengalami penurunan harga signifikan adalah Kabupaten Natuna di mana telah terjadi penurunan disparitas harga sebesar 43 persen, dan 75 persen persen untuk pakaian jadi dari Rp80 ribu per buah ke Rp45 ribu per buah. Selain itu, harga pupuk turun 26,67 persen dari Rp15 ribu per kilogram (kg) ke Rp11 ribu per kilogram.
Kemudian, di Kabupaten Kepulauan Anambas, harga baja ringan turun 46,15 persen dari Rp65 ribu per m2 ke Rp35 ribu per m2. Adapun harga gula turun 21,43 persen dari Rp14 ribu per kg ke Rp11 ribu per kg.
Selanjutnya, penurunan harga di wilayah timur Indonesia terjadi di Kabupaten Rote Ndao di mana harga pakan ternak/ikan turun 42 persen dari Rp15 ribu per kg ke Rp8.700 per kg. Harga pupuk turun 40 persen dari Rp80 ribu per buah ke Rp45 ribu per buah.
Di Kabupaten Tidore Kepulauan, harga kedelai turun 40 persen dari Rp20 ribu per kg ke Rp12 ribu per kg. Harga tepung terigu turun 25 persen dari Rp12 ribu per kg ke Rp9.000 per kg dan harga semen turun 21,43 persen dari Rp70 ribu per sak ke Rp55 ribu per sak.
Di Kabupaten Buru, harga popok bayi dan dewasa turun 50 persen dari Rp3.000 per buah ke Rp1.500 per buah. Harga detergen/pelembut/pewangi pakaian turun 50 persen dari Rp2.000 per buah ke Rp1.000 per buah. Harga daging ayam ras turun 33,33 persen dari Rp45.000 per kg ke Rp30.000 per kg.
Di Kabupaten Buru Selatan, minyak goreng turun 40 persen dari Rp30.000 per liter menjadi Rp18.000 per liter. Di Kabupaten Halmahera Timur, harga daging ayam ras turun 40 persen dari Rp50.000 per kg ke Rp30.000 per kg. Harga beras medium turun 33,33 persen dari Rp15.000 per kg ke Rp10.000 per kg.
Dalam pengendalian inflasi, program tol laut telah menjadi prioritas dan memegang peranan kunci penting. Inflasi akibat harga pangan yang bergejolak (volatile food) sangat dipengaruhi oleh kelancaran distribusi, terutama Indonesia yang merupakan negara kepulauan.
Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) pun mendukung upaya peningkatan efisiensi logistik untuk menekan gejolak harga dan disparitas harga antar daerah utamanya daerah 3TP (tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan). Salah satunya melalui program tol laut untuk efisiensi distribusi komoditas pangan.
Tahun lalu, penguatan tol laut juga telah masuk dalam Program TPIP 2021. Ke depan, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) juga akan didorong untuk memanfaatkan program tol laut ini secara optimal sehingga biaya logistik pangan terutama di daerah 3TP bisa lebih diturunkan lagi.
Program Tol Laut dapat meningkatkan distribusi dan menjaga ketersediaan barang kebutuhan pokok, barang penting dan barang lainnya dengan biaya pengiriman logistik yang lebih murah dari pelabuhan pangkal sampai daerah T3P. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi disparitas harga hingga menjaga stabilitas harga jual barang yang diangkut oleh kapal Tol Laut di daerah T3P.