Ekosistem Pesisir Jadi Benteng Penyerapan Emisi Karbon

394
Foto: bluecarbonsociety.org

JAKARTA, NMN – Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia menguraikan transisi Indonesia menuju masa depan yang rendah emisi dan berketahanan iklim.

NDC tersebut menggambarkan peningkatan aksi dan kondisi yang mendukung selama periode 2015-2019 yang akan menjadi landasan untuk menentukan tujuan lebih ambisius setelah tahun 2020, yang akan berkontribusi dalam upaya untuk mencegah kenaikan termperatur global sebesar 20C dan mengejar upaya membatasi kenaikan temperature global sebesar 1.50C dibandingkan masa pra-industri.

Untuk periode 2020 dan seterusnya, Indonesia memandang pencapaian ketahanan iklim kepulauan merupakan sebuah hasil dari pelaksanaan program adaptasi-mitigasi dan strategi penurunan risiko bencana yang komprehensif.

Indonesia telah menentukan tujuan ambisius mengenai konsumsi dan produksi keberlanjutan terkait pangan, air dan energi. Tujuan ini akan dapat dicapai melalui pemberdayaan dan peningkatan kapasitas, memperbaiki layanan dasar kesehatan dan pendidikan, inovasi teknologi, dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan yang sejalan dengan prinsip tata kelola yang baik.

Ekosistem pesisir diidentifikasi mampu mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan dibanding hutan daratan. Ekosistem pesisir meliputi hutan mangrove, rawa payau, dan padang lamun, menjadi faktor penting yang diidentifikasi sebagai upaya mitigasi perubahan iklim.

Untuk menjadi negara maju, Indonesia harus mampu memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan harus didukung oleh ketahan iklim yang sangat kuat. Krisis iklim perlu mendapat perhatian serius karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi pembangunan manusia, kemajuan perekonomian dan pemerataan sosial.

Jika dilihat, melalui Blue Carbon, pemerintah sejatinya terus berupaya untuk semakin memperkuat bagaimana kontribusi Indonesia di dalam penurunan emisi karbon dengan mengoptimalkan sektor pesisir dan ekosistem kelautan.

Blue carbon atau karbon biru merupakan karbon yang diserap dan disimpan pada ekosistem pesisir dan laut, seperti ekosistem mangrove, padang lamun, dan rawa payau. Pengembangan blue carbon (karbon biru) sangat penting dan potensial di Indonesia, khususnya ekosistem mangrove.

Menjaga dan memperbaiki ekosistem mangrove merupakan suatu cara ampuh untuk menjaga ekosistem kelautan Indonesia sekaligus membuat penangkap karbon yang baik.

Arahan Presiden Joko Widodo, akan dilakukan penanaman mangrove sampai 600 ribu hektar lebih. Pemerintah selama ini sudah menanam mangrove dari tahun 2010 sampai 2019 itu 45 ribu hektar lebih, dan selama tahun 2020 kita sudah menanam 39.970 hektar. Luas penanaman mangrove itu sudah lebih dari 80 ribu hektar.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki luas kawasan mangrove 3,2 juta hektare dan luas padang lamun kurang lebih 3 juta ha yang berpotensi menyimpan hingga 17% dari cadangan Blue Carbon dunia sehingga memiliki peranan yang sangat penting dalam mengurangi perubahan iklim.

Salah satu solusi adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim, termasuk dalam upaya pencapaian target penurunan emisi GRK sebagaimana telah dinyatakan dalam NDC adalah melalui ekosistem pesisir.

Pengelolaan pembangunan kelautan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek ekosistem pesisir-laut adalah kunci untuk dapat mengakomodasi kegiatan pengelolaan ecosystem service secara lengkap dan berkelanjutan.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membeberkan strategi ekonomi biru yang diterapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk meningkatkan kesehatan laut dalam rangka menahan laju perubahan iklim, serta mempercepat pembangunan ekonomi berbasis kelautan secara berkelanjutan.

Strategi tersebut berupa penguatan ekosistem karbon biru (blue carbon) dengan memperluas dan menjaga secara ketat kawasan konservasi mangrove, padang lamun, dan terumbu karang. Kemudian menerapkan kebijakan penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan perikanan budidaya berkelanjutan, serta penataan pemanfaatan ruang laut dan pulau-pulau kecil yang mengutamakan perlindungan ekosistem.

“Kita sedang dihadapkan pada situasi dimana kita harus menjaga alam bersamaan dengan ekonomi yang harus terus berkembang. Laut dan ekosistem pesisir mempunyai fungsi penting dalam pengendalian perubahan iklim dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” jelas Menteri Trenggono.

Strategi tersebut merupakan bentuk nyata komitmen KKP dalam melindungi ekosistem laut dan pesisir yang berkontribusi secara signifikan sebagai solusi dan mitigasi perubahan iklim. Di samping itu, laut memiliki peran strategis sebagai sumber pangan dunia, jalur transportasi, hingga untuk kegiatan ekonomi.

Berdasarkan data, Indonesia memiliki peran penting dalam hal mitigasi perubahan iklim dari aspek blue carbon karena memiliki ekosistem mangrove seluas 3,36 juta hektare dan padang lamun seluas 3 juta hektare yang berpotensi hingga 17 persen sebagai cadangan blue carbon dunia.

“Kemampuan karbon biru ini sering dikatakan lebih besar dibandingkan kemampuan yang sama dari vegetasi daratan, atau karbon hijau,” tambah Menteri Trenggono.

Ke depan, dengan penerapan prinsip ekonomi biru tersebut, diharapkan ekosistem laut dapat terjaga dalam jangka panjang sehingga dapat menciptakan lapangan kerja yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir dan memperkuat ekonomi nasional.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here