JAKARTA, NMN – PT Pelabuhan Indonesia (Persero), atau Pelindo, merayakan dua tahun sejak penggabungan dengan peluncuran sistem operasi pelabuhan multi-terminal terintegrasi bernama PTOS-M (Pelindo Terminal Operating System Multipurpose). Sistem ini berfungsi sebagai platform aplikasi pendukung operasi untuk layanan kepelabuhanan pada kargo non petikemas berbasis perencanaan dan pengendalian. Peluncuran ini dihadiri oleh Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi, bersama dengan Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, dalam acara Voice of Customers Pelindo (27/09) di Jakarta.
Budi Karya Sumadi mengapresiasi langkah yang telah diambil dalam peluncuran PTOS-M, menganggapnya sebagai langkah signifikan dalam pelaksanaan operasi pelabuhan. Ia berharap sistem ini akan membuka jalan baru dalam implementasi kegiatan kepelabuhanan.
Sistem PTOS-M telah digunakan di 16 cabang pelabuhan di wilayah kerja Pelindo sejak akhir tahun 2022, dan akan secara bertahap diperluas ke terminal lain di seluruh Indonesia. Sistem ini memiliki arsitektur yang terintegrasi dengan berbagai sistem lain, seperti portal pelanggan, sistem layanan kapal, dan sistem layanan keuangan. Selain itu, PTOS-M memiliki fitur yang menyederhanakan layanan, termasuk permintaan pemesanan online, perencanaan operasi, inventaris penyimpanan, serta pengendalian dan pemantauan.
Selain peluncuran PTOS-M, dua tahun sejak penggabungan Pelindo juga ditandai oleh sejumlah inisiatif strategis. Standarisasi dan digitalisasi pelabuhan, yang didukung oleh peningkatan kemampuan sumber daya manusia, telah mempercepat pelayanan di pelabuhan. Hal ini berdampak pada peningkatan produktivitas bongkar muat, yang diukur dengan parameter Boks/Kapal/Jam (BSH), dan pengurangan waktu sandar (port stay) serta masa tinggal barang di pelabuhan (cargo stay), yang diukur dalam jumlah hari.
Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, menekankan pentingnya peran pelabuhan dalam kelancaran arus barang, yang tercermin dalam peningkatan efisiensi operasional.
Langkah-langkah standarisasi layanan telah diterapkan di berbagai sektor, termasuk petikemas, non petikemas, maritim, dan logistik. Di beberapa pelabuhan seperti Belawan, Makassar, Ambon, Nilam, Sorong, dan Jayapura, kecepatan bongkar muat petikemas telah meningkat. Di Jayapura, misalnya, pengguna jasa merasakan peningkatan signifikan, dengan kinerja bongkar muat meningkat dari sekitar 26 BSH menjadi rata-rata 32 BSH. Sebuah kapal yang dioperasikan oleh SPIL bahkan berhasil menyelesaikan bongkar muat sebanyak 650 boks dalam waktu sekitar 11 jam.
Peningkatan produktivitas ini juga merasakan dampak positif dalam pengiriman barang, dengan waktu tempuh yang lebih singkat. Berbagai langkah digitalisasi juga telah diterapkan untuk meningkatkan akurasi dan transparansi proses operasional pelabuhan. Semua ini telah berkontribusi pada penurunan biaya logistik di tingkat nasional.
Dalam rangka mewujudkan ekosistem yang terhubung dengan baik, Pelindo juga telah mendukung peningkatan konektivitas hinterland-pelabuhan. Ini diwujudkan melalui pembangunan Jalan Tol Cibitung-Cilincing untuk meningkatkan mobilitas logistik, serta pembangunan Pelabuhan Kijing yang didukung dengan lahan seluas 2000-3000 hektar untuk industri, yang akan mendukung pertumbuhan industri di kawasan tersebut.
Pelindo berkomitmen untuk terus meningkatkan layanan pelabuhan sebagai bagian dari upaya bersama untuk mewujudkan biaya logistik yang lebih kompetitif dan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.