JAKARTA, NMN – Lautan menutupi tiga perempat dunia. Sekitar 80 persen dari semua kehidupan di bumi ini terpengaruh oleh gelombang laut.
Sampai saat ini, ekonomi kelautan telah menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 10 persen populasi dunia, dan nilainya lebih dari USD1,5 triliun dengan perkiraan menjadi dua kali lipat pada 2030.
Melihat potensi tersebut, dalam rangka menyelaraskan dengan sustainable development goals (SDGs), Pemerintah Indonesia terus mengembangkan blue economy, mengelola ekosistem laut dan pesisir dengan baik, mencapai pemerataan ekonomi, dan meningkatkan penghidupan.
Indonesia sedang melakukan itu dengan memasang tujuan ambisius untuk meminimalkan sampah di laut. Memulihkan, dan memelihara mangrove dan habitat laut lainnya.
Pengelolaan tangkapan ikan yang terukur dan berbasis kuota yang didukung oleh sistem pengawasan teknologi, penciptaan komunitas untuk budidaya perikanan berbasis kearifan lokal untuk memerangi kemiskinan, dan pelestarian hasil laut yang bernilai ekonomi tinggi adalah beberapa inisiatif revolusioner yang tengah dilakukan Indonesia.
Dengan kebijakan tersebut, sektor perikanan berhasil tumbuh 4,55 persen di Q3 2021 (year on yearyoy). Hal itu didorong oleh ekspor hasil laut dan komoditas perikanan yang terus berkinerja baik yang masuk dalam 20 besar produk ekspor Indonesia.
Isu-isu lingkungan seperti polusi karbon, degradasi laut dan tanah, hingga sampah plastik mendorong urgensi penerapan pendekatan ekonomi yang berkelanjutan.
Blue, Green, and Circular Economy memiliki potensi dan keuntungan besar untuk pembangunan ekonomi global berkelanjutan. Implementasinya dapat menciptakan jutaan lapangan pekerjaan baru, mengurangi sampah dari berbagai sektor, dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Tiga pendekatan ekonomi berkelanjutan, yaitu ekonomi biru (blue economy), hijau (green economy), dan sirkular (circular economy) perlu diimplementasikan.
Konsep ekonomi biru, hijau, dan sirkular bukanlah konsep baru. Tetapi, dunia baru tersadar akhir-akhir ini akan pentingnya melakukan transformasi dalam pendekatan ekonomi global sehingga menjadi berkelanjutan. Indonesia sendiri sudah mulai menerapkan ketiga pendekatan ekonomi tersebut.
Deputi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Edi Prio Pambudi mengatakan Indonesia sendiri tidak memisahkan ekonomi biru, hijau, dan sirkular, melainkan menjadi satu prioritas yang harus dicari solusi terbaiknya, karena masyarakat dan lingkungan sudah sepatutnya dapat hidup berdampingan secara harmonis.
“Tiga bidang yang tersebut di atas, tidak bisa berdiri secara terpisah. Ketiga hal itu, harus terintegrasi dan menjadi konsep yang utuh agar mudah diimplementasikan,” kata Edi baru-baru ini.
Strategi ekonomi hijau cenderung berfokus pada energi, transportasi atau industri kehutanan. Strategi ekonomi biru fokus pada perikanan dan sumber daya laut dan pesisir, dan kekhawatiran ekonomi sirkular mengubah siklus produksi dan konsumsi, yang mana biasanya berfokus tentang pengelolaan sampah.
Mengubah perilaku dan kebiasaan sehari-hari dapat menjadi langkah awal yang kuat untuk menerapkan ekonomi biru, hijau, dan sirkular. Itu juga dinilai sejalan dengan fokus dunia yang tengah mengupayakan penciptaan ekonomi berkelanjutan.