JAKARTA, NMN – Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah mengembangkan budidaya berkelanjutan yang ramah lingkungan untuk menjaga kelestarian ekosistem perairan dan meningkatkan produksi perikanan nasional.
Langkah tersebut mendapat dukungan dari Badan Pangan Dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) karena akan berkontribusi pada ketahanan pangan global yang diprediksi terus meningkat jumlahnya dari tahun ke tahun.
Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu mengapresiasi langkah strategis Indonesia mengembangkan budidaya berkelanjutan. Indonesia sebagai negara kepulauan, menurutnya memiliki sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat besar, begitu juga dengan potensi sumber daya manusianya.
Diakuinya, budidaya menjadi masa depan sektor perikanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara dan juga ketahanan pangan lokal maupun global. FAO memprediksi kebutuhan protein dunia akan meningkat hingga 70% pada tahun 2050 seiring bertambahnya populasi manusia.
“Mari kita bahas lebih lanjut khususnya mengenai budidaya. Isu kelautan sangat luas, tapi budidaya adalah yang utama di sektor perikanan. FAO juga fokus pada aspek ekonomi, dan budidaya utamanya,” ungkap Qu Dongyu dalam siaran pers yang diterima, Selasa (6/9).
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam pertemuan bilateral dengan Dirjen FAO Qu Dongyu di Roma, Italia, Senin (5/9) sore waktu setempat, mengatakan salah satu dari strategi Ekonomi Biru KKP adalah pengembangan budidaya ramah lingkungan.
“Khususnya untuk komoditas udang, lobster, kepiting, rumput laut, dan ikan-ikan dengan nilai ekonomi tinggi seperti kerapu dan kakap,” ujar Menteri KKP.
Kebijakan budidaya berkelanjutan ini, sambungnya, juga bertujuan untuk mengurangi kegiatan penangkapan ikan di laut, terutama untuk jenis-jenis ikan tertentu. Dengan demikian nelayan tidak lagi bergantung pada hasil tangkapan sebagai satu-satunya sumber penghasilan, dan populasi ikan di laut tetap terjaga.
Dirjen Perikanan Budidaya KKP TB Haeru Rahayu menambahkan, dari pengembangan budidaya berkelanjutan tersebut, Pemerintah Indonesia salah satunya menargetkan produksi udang nasional sebanyak 2 juta ton pada tahun 2024. Hasil produksi untuk memenuhi kebutuhan udang dalam negeri serta pasar global.
“Khusus udang, strategi kami untuk meningkatkan produksi dimulai dari melakukan evaluasi tambak yang ada. Kemudian melakukan revitalisasi tambak tradisional, dan membangun tambak udang modelling berbasis kawasan. Saat ini semuanya sedang berjalan,” ungkap Tebe -sapaan TB Haeru Rahayu.