Keberadaan pohon mangrove di sepanjang pesisir pantai memegang peranan penting buat keberlangsungan ekosistem laut. Tanaman yang dikenal dengan nama bakau di Indonesia itu, punya andil dalam mencegah terjadinya abrasi pantai. Ia juga merupakan rumah dan sumber makanan bagi berbagai biota laut. Mangrove pun berperan dalam menjaga kualitas air sampai memperkecil ancaman pemanasan global.
Indonesia sendiri disebut-sebut sebagai negara dengan luas lahan mangrove terbesar di dunia. Hampir 3,5 juta hektare mangrove ada di Tanah Air. Menjadikan Indonesia tercatat sebagai pemilik 20 persen dari total mangrove dunia.
Sayangnya, sebagian besar tanaman bakau itu dalam kondisi rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh faktor alam hingga ulah manusia, terutama akibat konversi lahan untuk budidaya perikanan dan pertambakan.
Adapun pemicu kerusakan lainnya, karena pencemaran limbah, illegal logging, hingga abrasi pantai. Data mengenai berapa luas lahan yang rusak ini cukup beragam. Tercatat, setidaknya ada 50 persen wilayah hutan mangrove yang hilang.
Sementara catatan pemerintah, sebanyak 600 ribu hingga satu juta hektare mangrove yang mengalami kerusakan.
Pandu Laut Nusantara Rehabilitasi Mangrove
Melestarikan keberadaan mangrove tak cukup hanya mengandalkan upaya dari pemerintah. Adalah tugas kita bersama minimal menjaga keberadaannya. Ini juga tampaknya yang dilakukan Susi Pudjiastuti bersama Pandu Laut Nusantara besutannya. Rehabilitasi mangrove masuk salah satu dari sederet program yang ingin dilakukan Susi bersama pandu Laut Nusantara.
Debut rehabilitasi mangrove ini diawali CEO Pandu Laut Nusantara di kampung halamannya, Pangandaran. Pada Minggu (12/12/2021) Susi menanam sebanyak 5.000 bibit mangrove.
Dalam aksi itu, Susi ditemani Sekretaris Pandu Laut Nusantara Mas Achmad Santosa, hingga Wakil Sekretaris Suhana. Aksi ini juga bekerja sama dengan perusahaan global Suzuki.
Komunitas pecinta dan penjaga ekosistem laut besutan Susi itu, juga mengajak serta warga lokal, wisatawan, pelajar hingga pemerintah Kabupaten Pangandaran.
Menteri Kelautan dan Perikanan periode 2014-2019 menegaskan bahwa komitmen menjaga keberlanjutan ekosistem laut merupakan kewajiban sepanjang hayat, tak dibatasi sekat tugas dan jabatan. Karena itu, meski tak lagi menjabat Menteri KP, Susi tetap berkegiatan di laut bersama komunitasnya.
Selain rehabilitasi mangrove, kegiatan di Muara Cileutik itu sehari sebelumnya juga telah dimulai dengan pelepasliaran sidat dan juga belangkas. Dua biota laut ini sekarang tergolong langka dan bahkan terancam punah.
Tak lupa tentunya kegiatan Pandu Laut Nusantara ini diisi dengan aksi bersih-bersih pantai. Bagi Susi, upaya mengajak serta masyarakat tersebut diniatkan agar menumbuhkan kecintaan dan kesadaran menjaga dan merawat laut.
“Kegiatan ini tidak sekadar bersih-bersih sampah di pantai, tetapi lebih dari itu, untuk menumbuhkan kecintaan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga sumber daya dan ekosistem laut. Sampah plastik ini sangat merusak lingkungan sehingga seharusnya plastik sekali pakai tidak digunakan lagi,” ujar Susi.
“Menjaga ekosistem berarti juga kita melindungi kepentingan dan kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir hingga generasi-generasi berikutnya,” sambung pendiri maskapai Susi Air itu.