BALI, NMN – Mangrove dapat berkontribusi sekitar 60% dalam pemenuhan target netral karbon atau net-zero emission (NZE). Selain itu, mangrove mempunyai kemampuan menyimpan cadangan karbon empat sampai lima kali lebih besar dari tanaman hutan di daratan.
Rehabilitasi mangrove merupakan salah satu fokus pembahasan dalam G20, bersamaan dengan restorasi hutan gambut, serta restorasi lahan-lahan kritis di Indonesia. Dengan demikian, semakin banyak lahan mangrove yang dibuka maka semakin membantu pengendalian iklim.
“Keberhasilan pengelolaan mangrove seperti di Bali, telah memberikan gambaran pembangunan Indonesia, dengan prinsip keseimbangan pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya dalam kunjungannya ke Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah-Rai, Bali pada Jumat (2/9).
Luas lahan mangrove di Indonesia mencapai hingga 22,6% dari total keseluruhan dunia. Kehutanan mangrove dapat menyumbang bantuan terbesar pada target penurunan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, menurut Siti Nurbaya, restorasi mangrove di berbagai wilayah menjadi komitmen kepemimpinan Indonesia pada Presidensi G20.
“Kita fokus dengan rehabilitasi pelestarian mangrove ini karena Indonesia bukan hanya ikut dalam agenda perubahan iklim, tapi kita memimpin presidensi G20, dan ini merupakan komitmen Indonesia,” ujarnya.
Ia berharap semua pemangku kebijakan dan pihak-pihak terkait dapat memberikan edukasi kepada masyarakat atas pentingnya mangrove, sembari pemerintah mengajak masyarakat untuk melakukan restorasi mangrove di berbagai wilayah. Seperti di Pantai Tirang Semarang, sembilan titik di Jawa Tengah, maupun Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
“Karena memang jika mangrove ini terjaga, keuntungannya akan kembali kepada masyarakat. Misal saja Tahura Ngurah-Rai ini, selain menjadi destinasi wisata, juga memacu pertumbuhan ekonomi lokal,” kata Siti.